Senin, 17 Agustus 2015

LP ATRESIA ESOPHAGUS



LAPORAN PENDAHULUAN
ATRESIA ESOPHAGUS



A.    PENGERTIAN
Athresia Esophagus adalah perkembangan embrionik abnormal esophagus yang menghasilkan pembentukan suatu kantong (blind pouch), atau lumen berkurang tidak memadai yang mecegah perjalanan makanan / sekresi dari faring ke perut.
Atresia Esophagus adalah kealinan kontinuitas lumen esophagus dimana bagian distal esophagus sampai kardia tidak mau membuka sehingga mengganggu aliran makanan (Sudaryat, 2005).
Atresia esofagus merupakan kelainan kongenital yang mengakibatkan gangguan kontinuitas esophagus dengan atau tanpa hubungan persisten dengan trakea (Whaley & Wong, 2010). Terlihat keadaan pada bagian proksimal dan distal esophagus tidak berhubungan.
B.     ETIOLOGI
1.      Secara umum :
Salah satu nya adalah kegagalan pada fase embrio terutama pada bayi yang lahir prematur, dan ada Beberapa etiologi yang dapat menimbulkan kelainan konginital Atresia Etsopgus diantaranya:
a.       Faktor obat
Salah satu obat yang dapat menimbulkan kelainan kongenital yaitu thali domine .
b.      Faktor radiasi
Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin yang dapat menimbulkan mutasi pada gen
c.       Faktor gizi

2.      Secara khusus :
Secara epidemologi anomali ini terjadi pada umur kehamilan 3-6 minggu akibat :
a.       Deferensasi usus depan yang tidak sempurna dan memisahkan dari masing –masing menjadi esopagus dan trachea .         
Perkembangan sel endoteal yang lengkap sehingga menyebabkan terjadinya atresia.    
Perlengkapan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga terjadi fistula trachea esophagus

C.    PATOFISIOLOGI
Motilitas dari esophagus selalu dipengaruhi pada atresia esophagus. Gangguan peristaltic esophagus biasanya paling sering dialami pada bagian esophagus distal. Janin dengan atresia tidak dapat dengan efektif menelan cairan amnion. Sedangkan pada atresia esophagus dengan fistula trkeoesofageal distal, cairan amnion masuk melaalui trakea kedalam usus. Polihydramnion bisa terjadi akibat perubahan dari sirkulasi amnion pada janin. 
Neonates dengan atresia tidak dapat menelan dan akan mengeluarkan banyak sekali  air liur atau saliva. Aspirasi dari saliva atau air susu dapat menyebabkan aspirasi pneumonia. Pada atresia dengan distal TEF, sekresi dengan gaster dapat masuk keparu-paru dan sebaliknya, udara juga dapat bebas masuk dalam saluran pencernaan saat bayi menangis ataupun mendapat ventilasi bantuan. Keadaan-keadaan ini bisa menyebabkan perforasi akut gaster yang fatal. Diketahui bahwa bagian esophagus distal tidak menghasilkan peristaltic dan ini bisa menyebabkan disfagia setelah perbaikan esophagus dan dapat menimbulkan reflux gastroesofageal.
Trakea juga dipengaruhi akibat gangguan terbentuknya atresia esophagus. Trakea abnormal, terdiri dari berkurangnya tulang rawan trakea dan bertambahnya ukuran otot tranversal pada posterior trakea. Dinding trakea lemah sehingga mengganggu kemampuan bayi untuk batuk yang akan mengarah pada munculnya pneumonia yang bisa berulang-ulang. Trakea juga dapat kolaps bila diberikan makanana atupun air susu dan ini akan menyebabkan pernapasan yang tidak efektif, hipoksia atau bahkan bisa menjadi apneo.
D.    PATHWAY
Terlampir
E.     KLASIFIKASI
1.      Kalasia
Chalasia ialah keadaan bagian bawah esophagus yang tidak dapat menutup secara baik, sehingga menyebabkan regurgitasi, terutama kalau bayi dibaringkan. Pertolongan : member makanan dalam posisi tegak, yaitu duduk dalam kursi khusus. Kalasia adalah kelainan yang terjadi pada bagian bawah esophagus (pada persambungan dengan lambung yang tidak dapat menutup rapat sehingga bayi sering regurgitasi bila dibaringkan.
2.      Akalasia
Ialah kebalikan chalasia yaitu bagian akhir esophagus tidak membuka secara baik, sehingga  keadaan seperti stenosis atau atresia. Disebut pula  spasmus cardio-oesophagus. Sebabnya : karena terdapat cartilage trachea yang tumbuh ektopik dalam esophagus bagian bawah, berbentuk tulang rawan yang  ditemukan secara mikroskopik dalam lapisan otot.
3.      Classification System Gross
Atresia esophagus disertai dengan fistula trakeoesofageal distal adalah tipe yang paling sering terjadi. Varisi anatomi dari atresia esophagus menggunakan system klasiifikasi gross of bostom yang sudah popular digunakan.
System ini berisi antara lain:
a.       Tipe A       : Atresia esophagus tanpa fistula ; atresia esophagus murni (10%)
b.      Tipe B       : Atresia esophagus dengan TEF proximal (<1%)
c.       Tipe C       : Atresia esophagus dengan TEF distal (85%)
d.      Tipe D       : Atresia esophagus dengan TEF proximal dan distal (<1%)
e.       Tipe E        : TEF tanpa atresia esophagus ; fistula tipe H (4%)
f.        Tipe F        : Stenosis esophagus congenital tanpa atresia (<1%)
F.     MANIFESTASI KLINIS
Biasanya timbul setelah bayi berumur 2-3 minggu, yaitu berupa muntah yang proyektil beberapa saat setelah minum susu ( yang dimuntahkan hanya susu ), bayi tampak selalu haus dan berat badan sukar naik.
a.       Biasanya disertai dengan hidramnion (60%) dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan frekuensi bayi lahir premature, sebaiknya dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa kehamilan ibu disertai hidrmnion hendaknya dilakukan kateterisasi esophagus . bila kateter berhenti pada jarak < 10 cm, maka diduga artesia esophagus.
b.      Bila pada BBL timbul sesak yang disertai dengan air liur yang meleleh keluar, dicurigai terdapat atresia esophagus.
c.       Segera setelah diberi minum, bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis karena aspirasi cairan kedalam jalan napas.
d.      Pada fistula trakeaesofagus, cairan lambung juga dapat masuk kedalam paru, oleh karena itu bayi sering sianosis.
Gejalanya bisa berupa :
a.       Mengeluarkan luda yang sangat banyak
b.      Terbatuk atau tersedak setelah berusaha untuk menelan
c.       Tidak mau menyusu
d.      Sianosis (kulitnya kebiruan)
Adanya fistula menyebabkan ludah bisa masuk kedalam paru-paru sehingga terjadi resiko terjadinya pneumonia aspirasi.(4)(5)
G.    PENATALAKSANAAN
1.      Tindakan Sebelum Operasi
Atresia esophagus ditangani dengan tindakan bedah. Persiapan operasi untuk bayi baru lahir mulai umur 1 hari antara lain :
a.       Cairan intravena mengandung glukosa untuk kebutuhan nutrisi bayi.
b.      Pemberian antibiotic broad-spectrum secara intra vena.
c.       Suhu bayi dijaga agar selalu hangat dengan menggunakan incubator, spine dengan posisi fowler, kepala diangkat sekitar 45o.
d.      NGT dimasukkan secara oral dan dilakukan suction rutin.
e.       Monitor vital signs.
Pada bayi premature dengan kesulitan benapas, diperlukan perhatian khusus. Jelas diperlukan pemasangan endotracheal tube dan ventilator mekanik. Sebagai tambahan, ada resiko terjadinya distensi berlebihan ataupun rupture lambung apabila udara respirasi masuk kedalam lambung melalui fistula karena adanya resistensi pulmonal. Keadaan ini dapat diminimalisasi dengan memasukkan ujung endotracheal tube sampai kepintu masuk fistula dan dengan memberikan ventilasi dengan tekanan rendah.
Echochardiography  atau pemerikksaan EKG pada bayi dengan atresia esophagus penting untuk dilakukan agar segera dapat mengetahui apabila terdapat adanya kelainan kardiovaskular yang memerlukan penanganan segera.
2.      Tindakan Selama Operasi
Pada umumnya operasi perbaikan atresia esophagus tidak dianggap sebagai hal yang darurat. Tetapi satu pengecualian ialah bila bayi premature dengan gangguan respiratorik yang memerlukan dukungan ventilatorik. Udara pernapasan yang keluar melalui distal fistula akan menimbulkan distensi lambung yang akan mengganggu fungsi pernapasan. Distensi lambung yang terus-menerus kemudian bisa menyebabkan rupture dari lambung sehingga mengakibatkan tension pneumoperitoneum yang akan lebih lagi memperberat fungsi pernapasan.
Pada keadaan diatas, maka tindakan pilihan yang dianjurkan ialah dengan melakukan ligasi terhadap fistula trakeaesofageal dan menunda tindakan thoratocomi sampai masalah ganggua respiratorik pada bayi benr-benar teratasi. Targetnya ialah operasi dilakukan 8-10 hari kemuudian untuk memisahkan fistula dari memperbaiki esophagus.
Pada prinsipnya tindakan operasi dilakukan untuk memperbaiki abnormalitas anatomi. Tindakan operasi dari atresia esophagus mencakup.
a.       Operasi dilaksanakan dalam general endotracheal anesthesia dengan akses vaskuler yang baik dan menggunakan ventilator dengan tekanan yang cukup sehingga tidak menybabkan distensi lambung
b.      Bronkoskopi pra-operatif berguuna untuk mengidentifikasi dan mengetahui lokasi fistula.
c.       Posisi bayi ditidurkan pada sisi kiri dengan tangan kanan diangkat di depan dada untuk dilaksanakan right posterolateral thoracotomy. Pada H-fistula, operasi dilakukan melalui leher karena hanya memisahkan fistula tanpa memperbaiiki esophagus. esophagus.
d.      Operasi dilaksanakan thoracotomy, dimana fistula ditutup dengan cara diikat dan dijahit kemudian dibuat anastomisis esophageal antara kedua ujung proximal dan distal dan esophagus.
e.       Pada atresia esofagus dengan fistula trakeoesofageal, hamppir selalu jarak antara esofagus proksimal dan distal dapat disambung langsung ini disebut dengan primary repairyaitu apabila jarak kedua ujung esofagus dibawah 2 ruas vertebra. Bila jaraknya 3,6 ruas vertebra, dilakukan delaved primary repair. Operasi ditunda paling lama 12 minggu, sambil dilakukan cuction rutin dan pemberian makanan melalui gstrostomy, maka jarak kedua ujung esofagus akan menyempit kemudian dilakukan primary repair. Apabiila jarak kedua ujung esofagus lebih dari 6 ruas vertebra, maka dijoba dilakukan tindakan diatas, apabila tidak bisa juga makaesofagus disambung dengan menggunakan sebagai kolon.
3.      Tindakan Setelah Operasi
Pasca Operasi pasien diventilasi selama 5 hari. Suction harus dilakukan secara rutin. Selang kateter untuk suction harus ditandai agar tidak masuk terlalu dalam dan mengenai bekas operasi tempat anastomisis agar tidak menimbulkan kerusakan. Setelah hari ke-3 bisa dimasukkan NGT untuk pemberian makanan.
H.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
I.       KOMPLIKASI
Komplikasi-komplikasi yang bisa timbul setelah operasi perbaikan pada atresia esofagus dan fistula atresia esophagus adalah sebagai berikut :
1.      Dismotilitas esophagus => Dismotilitas terjadi karena kelemahan otot dingin esophagus. Berbagai tingkat dismotilitas bisa terjadi setelah operasi ini. Komplikasi ini terlihat saat bayi sudah mulai makan dan minum.
2.      Gastroesofagus refluk => Kira-kira 50 % bayi yang menjalani operasi ini kana mengalami gastroesofagus refluk pada saat kanak-kanak atau dewasa, dimana asam lambung naik atau refluk ke esophagus. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan obat (medical) atau pembedahan.
3.      Trakeo esogfagus fistula berulang => Pembedahan ulang adalah terapi untuk keadaan seperti ini.
4.      Disfagia atau kesulitan menelan => Disfagia adalah tertahannya makanan pada tempat esophagus yang diperbaiki. Keadaan ini dapat diatasi dengan menelan air untuk tertelannya makanan dan mencegah terjadinya ulkus.
5.      Kesulitan bernafas dan tersedak => Komplikasi ini berhubungan dengan proses menelan makanan, tertaannya makanan dan saspirasi makanan ke dalam trakea.
6.      Batuk kronis => Batuk merupakan gejala yang umum setelah operasi perbaikan atresia esophagus, hal ini disebabkan kelemahan dari trakea.
7.      Meningkatnya infeksi saluran pernafasan => Pencegahan keadaan ini adalah dengan mencegah kontakk dengan orang yang menderita flu, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi vitamin dan suplemen.
J.       KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
Asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi baru lahir adalah berdasarkan tahapan-tahapan pada proses keperawatan.  tahap pengkajian merupakan tahap awal, disini perawat mengumpulkan semua imformasi  baik dari klien dengan cara observasi dan dari keluarganya. Lakukan penkajian bayi baru lahir.observasi manipestasi atresia esophagus dan fistula. Traekeoesofagus, saliva berlebihan, tersedat, sianosis, apneu.
a.       Sekresi berlebihan , mengalirkan liur konstan,sekresi hidung banyak.
b.      Sianosis intermitten yang tidak diketahui penyebabnya.
Laringaspasme yang disebabkan oleh aspirasi saliva yang terakumulasi dalam kantong buntu.
c.       Distensi abdominal.
d.      Respon kekerasan setelah menelan makanan yang pertama atau kedua : bayi batuk dan tersedat saat cairan kembali melalui hidung dan mulut trejadi sianosis.
e.       Bayi sering premetur dan kehamilan munkun terkomplikasi oleh hydra amniaon (cairan amniotic berlebihan dalam kantong ).
K.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan lubang abnormal antara esophagus dan trakea atau obstruksi untuk menelan sekresi.
2.      Aspirasi berhubungan dengan tidak adanya saluran dari esofagus ke lambung.
3.      Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur pemasangan g-tube.
4.      Ansietas berhubungan dengan kesulitan menelan, ketidaknyamanan karena pemasangan g-tube.

L.     FOKUS INTERVENSI
1.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan lubang abnormal antara esophagus dan trakea atau obstruksi untuk menelan sekresi.
Tujuan: Pasien mempertahankan jalan napas yang paten tanpa aspirasi
Kriteria Hasil:
a.       Jalan napas tetap paten
b.      Bayi tidak teraspirasi sekresi
c.       Pernapasan tetap pada batas normal
Intervensi
a.       Lakukan pengisapan sesuai dengan kebutuhan.
R/  : Untuk menghilangkan penumpukan sekresi di orofaring.
b.      Beri posisi terlentang dengan kepala ditempatkan pada sandaran yang ditinggikan (sedikitnya 300).
R/  : Untuk menurunkan tekanan pada rongga torakal dan meminimalkan refluks sekresi lambung ke esophagus distal dan ke dalam trakea dan bronki.
c.       Beri oksigen jika bayi menjadi sianotik.
R/  : Untuk membantu menghilangkan distress pernapasan.
d.      Jangan gunakan tekanan positif (misalnya; kantong resusitasi/ masker).
R/  : Karena dapat memasukkan udara ke dalam lambung dan usus, yang menimbulkan tekana tambahan pada rongga torakal.
e.       Pertahankan penghisapan segmen esophagus secara intermitten atau kontinue, bila di pesankan pada masa pra operasi.
R/  : Untuk menjaga agar kantong buntu tersebut tetap kosong.
f.       Tinggalkan selang gastrostomi, bila ada, terbuka untuk drainase gravitasi.
R/  : Agar udara dapat keluar, meminimalkan resiko regurgitasi isi lambung dengan trakea.
2.      Aspirasi berhubungan dengan tidak adanya saluran dari esofagus ke lambung.
Tujuan: Pasien mendapatkan nutrisi yang adekuat.
Kriteria Hasil: Bayi mendapat nutrisi yang cukup dan menunjukkan penambahan berat badan yang memuaskan.
Intervensi
a.       Beri makan melalui gastrostomi sesuai dengan ketentuan
R/  : Untuk memberikan nutrisi sampai pemberian makanan oral memungkinkan.
b.      Lanjutkan pemberian makan oral sesuai ketentuan, sesuai kondisi bayi dan perbaikan pembedahan.
R/ : Untuk memenuhi kebutuhan akan nutrisi bayi
c.       Observasi dengan ketat.
R/ : Untuk memastikan bayi mampu menelan tanpa tersedak.
d.      Pantau masukan keluaran dan berat badan.
R/ : Untuk mengkaji keadekuatan masukan nutrisi.
e.       Ajarkan keluarga tentang teknik pemberian makan yang tepat.
R/ : Untuk mempersiapkan diri terhadap pemulangan.
3.      Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur pemasangan g-tube.
Tujuan: Pasien tidak mengalami infeksi.
Kriteria Hasil: Anak tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi karena pemasangan g-tube.
Intervensi
a.       Bersihkan kateter sesering mungkin
R/ : Untuk mencegah bakteri masuk ke dalam tubuh
4.      Ansietas berhubungan dengan kesulitan menelan, ketidaknyamanan karena pemasangan g-tube.
Tujuan: Pasien mengalami rasa aman tanda ketidaknyamanan.

Kriteria Hasil:
a.       Bayi istirahat dengan tenang, sadar bila terjaga, dan melakukan penghisapan non-nutrisi.
b.      Mulut tetap bersih dan lembab.
c.       Nyeri yang dialamianak minimal atau tidak ada.
Intervensi :
a.       Beri stimulasi taktil (mis; membelai, mengayun).
R/ : Untuk memudahkan perkembangan optimal dan meningkatkan kenyamanan.
b.      Beri perawatan mulut.
R/ : Untuk menjaga agar mulut tetap bersih dan membran mukosa lembab.
c.       Beri analgesik sesuai ketentuan
R/ : Untuk mengurangi rasa nyeri yang berlebih
d.      Dorong orang tua untuk berpastisipasi dalam perawatan anak.
R/ : Untuk memberikan rasa nyaman dan aman.







DAFTAR PUSTAKA
Donna L Wong. Keperawatan pediatric.Buku kedokteran, EGC.2010.Jakarta.

0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More