LAPORAN
PENDAHULUAN
PNEUMONIA
A. PENGERTIAN
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru (alveoli). (DEPKES. 2006)
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru dimana asinus terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam interstitium, menyebabkan sekumpulan gejala dan tanda khas biasanya dengan gambaran infiltrat sampai konsolidasi pada foto rontgen dada. Gejala/tanda tersebut antara lain, demam, sesak napas, batuk dengan dahak purulen kadang disertai darah dan nyeri dada (anonim a 2012)
B. ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti :
1. Virus
pernapasan yang paling sering lazim yaitu micoplasma pneumonia yang terjadi
pada usia beberapa tahun pertama dan anak sekolah dan anak yang lebih tua.
2. Bakteri
Streptococcus pneumoniae, S.pyogenes, dan Staphylococcus aureus yang lazim
terjadi pada anak normal.
3. Haemophilus
influenzae tipe b menyebabkan pneumonia bakteri pada anak muda, dan kondisi
akan jauh berkurang dengan penggunaan vaksin efek rutin.
4. Virus
penyebab pneumonia yang paling lazim adalah virus sinsitial pernapasan,
parainfluenzae, influenzae dan adenovirus.
5. Virus non
respirasik, bakteri enterik gram negatif, mikobakteria, coxiella, pneumocytis
carinii dan sejumlah jamur.
6. Aspirasi
makanan, kerosen (bensin, minyak tanah),
cairan amnion, benda asing.
C. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat
melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisma yang pada keadaan
normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung,
atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran
napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik,
dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi
maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus
dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif
ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan
anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan
neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas
sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor
predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan
pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi
akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke
saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang
disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan
bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat
merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas
atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui
penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus (
contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes
simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber
terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru,
bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan,
deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang
diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi
lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan
inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan
interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran
napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
D. PATHWAY
Terlampir
E. KLASIFIKASI
1. Pneumonia
digolongkan berdasarkan anatomi :
a.
Pneumonia lobaris à radang paru-paru yang mengenai
sebagian besar/seluruh lobus paru-paru.
b.
Pneumonia lobularis (bronchopneumonia) à radang pada
paru-paru yang mengenai satu/beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan
adanya bercak-bercak infiltrate.
c.
Pneumonia interstitialis (bronkhiolitis) à radang pada
dinding alveoli (interstitium) dan peribronkhial dan jaringan interlobular.
2. Pneumonia
infeksius berdasarkan etiologi:
a.
Bakteria : Diplococcus pneumoniae, Pneumococcus,
Streptococcus hemolyticus, Streptococcus aureus. Hemophilus influenzae,
Bacillus Friedlander, Mycobacterium tuberculosis.
b.
Virus: Respiratory syncytial virus, virus influenza,
adenovirus, virus sitomegalik.
c.
Mycoplasma pneumoniae
d.
Jamur : Histoplasma capsulatum, Cryptococcus
neoformans, Blastomyces dermatitides, Coccidioides immitis, Aspergillus
species, Candida albicans.
e.
Aspirasi : makanan, kerosen (bensin, minyak tanah),
cairan amnion, benda asing.
f.
Pneumonia hipostatik.
g.
Sindrom Loeffler
F. MANIFESTASI
KLINIS
1. Biasanya
didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara
mendadak (38 – 40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).
2. Batuk,
mula-mula kering (non produktif) sampai produktif.
3. Nafas :
sesak, pernafasan cepat dangkal,
4. Penggunaan
otot bantu pernafasan, retraksi interkosta, cuping hidung kadang-kadang
terdapat nasal discharge (ingus).
5. Suara nafas
: lemah, mendengkur, Rales (ronki), Wheezing.
6. Frekuensi
napas :
a.
Umur 1 - 5 tahun 40 x/mnt atau lebih.
b.
Umur 2 bln-1 tahun 50 x/mnt atau lebih.
c.
Umur < 2 bulan 60 x/mnt.
7. Nadi cepat
dan bersambung.
8. Nyeri dada
yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
9. Kadang-kadang
terasa nyeri kepala dan abdomen.
10. Kadang-kadang
muntah dan diare, anoreksia dan perut kembung.
11. Mulut,
hidung dan kuku biasanya sianosis.
12. Malaise,
gelisah, cepat lelah.
13. Thorax photo
menunjukkan infiltrasi melebar.
14. Pemeriksaan
laboratorium = lekositosis.
G. PENATALAKSANAAN
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi,
tetapi berhubung hal ini tidak selalu didapat dikerjakan dan memakan waktu maka
dalam praktek diberikan pengobatan polifragmasi.
Penisilin diberikan 50.000 U/kg bb/ hari dan ditambah dengan kloramfenikol
50-70 mg/kg bb/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas
seperti ampisilin. Pengobatan diteruskan sampai anak bebas panas selama 4 – 5
hari. Anak yang sangat sesak nafasnya memerlukan pemberian cairan intravena dan
oksigen. Jenis cairan yang digunakan ialah campuran glukose 5% dan NaCl 0,9%
dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl 10mEq/500ml botol infus. Banyaknya
cairan yang diperlukan sebaiknya dihitung dengan menggunakan rumus Darrow.
Karena ternyata sebagian besar penderita jatuh ke dalam asidosis metabolik
akibat kurang makan dan hipoksia, dapat diberikan koreksi dengan perhitungan
kekurangan basa sebanyak – 5 mEq. Pneumonia yang tidak berat, tidak perlu
dirawat di rumah sakit. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak UI:1985)
H. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Sinar X:
mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses).
2. Pemeriksaan
gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua organisme
yang ada.
3. Pemeriksaan
serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
4. Pemeriksaan
fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan
membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru:
untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik
static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi:
untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
I. KOMPLIKASI
Bila tidak ditangani secara tepat maka kemungkinan
akan terjadi komplikasi sebagai berikut :
1.
Otitis media akut (OMA) à terjadi bila tidak diobati,
maka sputum yang berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga
menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara,
kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan timbul efusi.
2.
Efusi pleura.
3.
Emfisema.
4.
Meningitis.
5.
Abses otak.
6.
Endokarditis.
7.
Osteomielitis.
J. KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Identitas
2. Riwayat Kesehatan
a.
Keluhan
Utama
Sesak napas.
b.
Riwayat
Keperawatan Sekarang
Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas selama
beberapa hari,Ø kemudian mendadak timbul panas tinggi, sakit kepala /
dada ( anak besar ) kadang-kadang pada anak kecil dan bayi dapat timbul kejang,
distensi addomen dan kaku kuduk. Timbul batuk, sesak, nafsu makan menurun.
Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak
nafas, cyanosis atauØ batuk-batuk disertai dengan demam
tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila anak masuk dengan disertai
riwayat kejang demam (seizure).
c.
Riwayat
Keperawatan Sebelumnya
Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan
atas.
Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti
ISPA, influenza sering terjadi dalam rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui
adanya penyakit Pneumonia.
Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital
bawaan dapat memperberat klinis klien.
d.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
Tempat tinggal: Lingkungan dengan sanitasi buruk
beresiko lebih besar
3. Pemeriksaan Fisik :
a.
Data
Fokus
·
Inspeksi :
Adanya PCH - Adanya sesak napas, dyspnea,
Sianosis sirkumoral - Distensi abdomen
Batuk : Non produktif Sampai produktif. Dan nyeri dada
·
Palpasi :
Fremitus raba meningkat disisi yang sakit
Hati kemungkin membesar
·
Perkusi : Suara redup pada paru yang sakit
·
Auskultasi : Rankhi halus, Rankhi basah, Tachicardia.
b.
Body
System
1.
Sistem Pulmonal
Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengen
Obyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi,
batuk (produktif/ nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan,
pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar
stridor, ronchii pada lapang paru,
2.
Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : sakit kepala
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah
vasokontriksi, kualitas darah menurun
3.
Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal,
letargi
4.
Sistem genitourinaria
Subyektif : -
Obyektif : produksi urine menurun/normal,
5.
Sistem digestif
Subyektif : mual, kadang muntah
Obyektif : konsistensi feses normal/diare.
6.
Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal,
retraksi paru dan penggunaan otot
aksesoris pernafasan.
7.
Sistem Integumen
Subyektif : -
Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun
(akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat, suhu kulit meningkat, kemerahan
K. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Tidak
efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret.
2. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolus.
3. Berkurangnya
volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam, takipnea.
4. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan menurunnya kadar oksigen darah.
5. Perubahan
rasa nyaman berhubungan dengan demam, dispnea, nyeri dada.
6. Peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.
7. Kurangnya
pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah pulang dari rumah sakit.
8. Kecemasan
berhubungan dengan dampak hospitalisasi.
L. INTERVENSI
KEPERAWATAN
1.
Tidak efektifnya jalan
nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret.
Tujuan :
Jalan nafas efektif, ventilasi paru adekuat dan tidak ada penumpukan secret.
Intervensi :
a.
Monitor status respiratori setiap 2 jam, kaji adanya
peningkatan status pernafasan dan bunyi nafas abnormal.
b.
Lakukan perkusi, vibrasi dan postural drainage setiap
4 – 6 jam,
c.
Beri therapy oksigen sesuai program.
d.
Bantu membatukkan sekresi/pengisapan lender.
e.
Beri posisi yang nyaman yang memudahkan pasien
bernafas.
f.
Ciptakan lingkungan yang nyaman sehingga pasien dapat
tidur tenang.
g.
Monitor analisa gas darah untuk mengkaji status
pernafasan.
h.
Beri minum yang cukup.
i.
Sediakan sputum untuk kultur/test sensitifitas.
j.
Kelola pemberian antibiotic dan obat lain sesuai
program.
2.
Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan perubahan membrane kapiler alveolus.
Tujuan :
Pasien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas secara optimal dan
oksigenasi jaringan secara adekuat.
Intervensi :
a.
Observasi tingkat kesadaran, status pernafasan,
tanda-tanda sianosis setiap 2 jam.
b.
Beri posisi fowler/semi fowler.
c.
Beri oksigen sesuai program.
d.
Monitor analisa gas darah.
e.
Ciptakan lingkungan yang tenang dan kenyamanan pasien.
f.
Cegah terjadinya kelelahan pada pasien.
3.
Berkurangnya volume cairan
berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam, takipnea.
Tujuan :
Pasien akan mempertahankan cairan tubuh yang normal.
Intervensi :
a.
Catat intake dan out put cairan. Anjurkan ibu untuk
tetaap memberi cairan peroral serta hindari susu yang kental/minum yang dingin
agar merangsang batuk.
b.
Monitor keseimbangan cairan à membrane mukosa, turgor
kulit, nadi cepat, kesadaran menurun, tanda-tyanda vital.
c.
Pertahankan keakuratan tetesan infuse sesuai program.
d.
Lakukan oral hygiene.
4.
Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan menurunnya kadar oksigen darah.
Tujuan :
Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai kondisi.
Intervensi :
a.
Kaji toleransi fisik pasien.
b.
Bantu pasien dalam aktifitas dari kegiatan
sehari-hari.
c.
Sediakan permainan yang sesuai usia pasien dengan
aktivitas yang tidak mengeluarkan energi banyak agar sesuai aktifitas dengan
kondisinya.
d.
Beri O2 sesuai program.
e.
Beri pemenuhan kebutuhan energi.
5.
Perubahan rasa nyaman berhubungan
dengan demam, dispnea, nyeri dada.
Tujuan :
Pasien akan memperlihatkan sesak dan keluhan nyeri berkurang, dapat batuk
efektif dan suhu normal.
Intervensi :
a.
Cek suhu setiap 4 jam, jika suhu naik beri kompres
dingin.
b.
Kelola pemberian antipiretik dan anlgesik serta
antibiotic sesuai program.
c.
Bantu pasien pada posisi yang nyaman baginya.
d.
Bantu menekan dada pakai bantal saat batuk.
e.
Usahakan pasien dapat istirahat/tidur yang cukup.
6.
Peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan proses infeksi.
Tujuan :
Suhu tubuh dalam batas normal.
Intervensi:
a.
Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.
b.
Beri kompres dingin.
c.
Kelola pemberian antipiretik dan antibiotic.
d.
Beri minum peroral secara hati-hati, monitor
keakuratan tetesan infuse.
7.
Kurangnya pengetahuan orang tua
tentang perawatan anak setelah pulang dari rumah sakit.
Tujuan :
Anak dapat beraktifitas secara normal dan orang tua tahu tahap-tahap yang harus
diambil bila infeksi terjadi lagi.
Intervensi :
a.
Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan
anak dengan bronchopneumonia.
b.
Bantu orang tua untuk mengembangkan rencana asuhan di
rumah ; keseimbangan diit, istirahat dan aktifitas yang sesuai.
c.
Tekankan perlunya melindungi anak kontak dengan anak
lain sampai dengan status RR kembali normal.
d.
Ajarkan pemberian antibiotic sesuai program.
e.
Ajarkan cara mendeteksi kambuhnya penyakit.
f.
Beritahu tempat yang harus dihubungi bila kambuh.
g.
Beri reinforcement untuk perilaku yang positif.
8.
Kecemasan berhubungan dengan dampak
hospitalisasi.
Tujuan :
Kecemasan teratasi.
Intervensi :
a.
Kaji tingkat kecemasan anak.
b.
Fasilitasi rasa aman dengan cara ibu berperan serta
merawat anaknya.
c.
Dorong ibu untuk selalu mensupport anaknya dengan cara
ibu selalu berada di dekat anaknya.
d.
Jelaskan dengan bahasa sederhana tentang tindakan yang
dilakukan à tujuan, manfaat, bagaimana dia merasakannya.
e.
Beri reinforcement untuk perilaku yang positif.
0 komentar:
Posting Komentar